Adaptasi Industri Penerbitan Indonesia di London Book Fair 2022
by: Nadia Atmaji
LONDON, INGGRIS – Potensi industri penerbitan Indonesia di kancah global masih menjanjikan, asal adaptasi terus dilakukan. Semangat inilah yang ditunjukkan oleh Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Indonesia di gelaran London Book Fair pada 5 – 7 April 2022 di Olympia, Hammersmith, London. Acara yang digelar setiap tahun di London ini sempat vakum selama 2 tahun, sehingga di tahun ini para penerbit dari penjuru dunia bersemangat untuk mempromosikan hak cipta buku dari negara masing-masing.
Di tahun ini Indonesia kembali hadir, konsisten mengusung tema “17.000 islands of imagination” sejalan dengan tema besar “Wonderful Indonesia” bertujuan untuk mengajak warga dunia melihat lebih dekat keajaiban budaya indonesia lewat buku. Di London Book Fair ini, 8 penerbit dan 2 literary agency hadir mewakili Indonesia. Total ada 60 judul buku yang dibagi dalam 4 kategori dipamerkan di paviliun seluas 148,5 meter persegi ini. Kemenparekraf optimis di tahun ini bisa meraup transaksi hak cipta senilai Rp 36 miliar.
Diskusi antar penerbit Indonesia dengan penerbit internasional
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Nia Niscaya mengatakan, subsektor penerbitan salah satu yang sangat terdampak oleh pandemi, maka dukungan penuh diberikan pada para pengusaha. “Salah satu dukungan kami menyiapkan tempat di London Book Fair, karena ini semua berbayar disini. Kami memfasilitasi perjalanan dan visa dari peserta. Pelaku ini betul-betul terdampak jadi diberikan stimulus untuk bisa hadir,” ujar Nia.
Dari kiri ke kanan, Bapak Arys Hilman Nugraha (Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia), Ibu Laura Prinsloo (Ketua harian Komite Jakarta Kota Buku) dan Karine Pansa (Vice President International Publishers Association
Di kesempatan ini, Indonesia juga mempromosikan acara International Publishers Association (IPA) World Congress ke-33 yang rencananya digelar di Jakarta sebagai kota literasi dunia dan di Bali. Ketua Jakarta Book City Committee, Laura Prinsloo mengatakan adaptasi industri penerbitan perlu dilakukan agar bisa bangkit. “Penerbitan itu bukan hanya buku kertas saja tapi juga buku digital, bahkan film, animasi. Topik menarik inilah yang akan dibahas dalam IPA nanti,” pungkas Laura. Dukungan penuh juga diberikan dari IPA yang turut hadir di acara Indonesia Reception di London Book Fair. “Kami melihat kualitas konten yang baik dari paviliun di Indonesia, saya bersemangat untuk menyambut kongres nanti,” ujar Karine Pansa, Vice President of International Publishers Association.
Kiri ke kanan, Desra Percaya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris, merangkap Irlandia dan International Maritime Organization, Abdul Halim Iskandar, Menteri Desa PDTT Nia Niscaya, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf sedang menerima Buku SDGs Desa dan Lilik Umi Nashriyah, Istri Menteri Desa PDTT
Acara Indonesia Reception yang dibuka oleh Desra Percaya selaku Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris dilanjutkan dengan acara bedah buku sustainable development goals atau SDGs Desa bersama Menteri Desa, Abdul Halim Iskandar. Buku ini berisi panduan untuk perangkat desa mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti.