ISIC 2021: Indonesia Perlu Generasi Muda Berperspektif Global untuk Naik Kelas 

9 Juli 2021

Situasi pandemi COVID-19 yang telah berlangsung lebih dari setahun telah menjadi ‘game changer’ dalam mendeterminasi masa depan Indonesia. Untuk itu, Indonesia harus naik kelas melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan riset dan inovasi, serta pembangunan ekonomi bersifat inklusif dan terdistribusi secara adil.

Situasi pandemi COVID-19 yang telah berlangsung lebih dari setahun telah menjadi ‘game changer’ dalam mendeterminasi masa depan Indonesia. Untuk itu, Indonesia harus naik kelas melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan riset dan inovasi, serta pembangunan ekonomi bersifat inklusif dan terdistribusi secara adil.

Maka dari itu, Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi  Republik Indonesia, mendorong seluruh pelajar Indonesia di seluruh dunia untuk terus berkontribusi bagi Indonesia dimanapun berada.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim, menekankan pentingnya menaikkan level Indonesia dalam penguatan sumber daya manusia. Tujuannya antara lain demi menjadi negara berpendapatan tinggi dan keluar dari jebakan pendapatan menengah, sehingga tercipta kesejahteraan di seluruh lapisan masyarakat.

“Dimanapun kalian berada, tidak masalah, selama kalian tetap berkontribusi untuk negara. Bahkan jika kalian tidak berencana kembali ke Indonesia, buatlah penelitian-penelitian yang berguna negara kita. Indonesia butuh bantuan kalian,” kata Nadiem yang menjadi salah satu pembicara. Beliau kemudian menjabarkan alasan mengapa memilih menjadi menteri dan melepas kepemimpinannya di Go-Jek, perusahaan decacorn yg ia rintis sejak lebih dari satu dekade lalu.

“Saya memilih jalan yang lebih sulit untuk melayani negara, karena saya tidak bisa terus-menerus berada di zona nyaman. Indonesia butuh generasi pemimpin baru yang punya perspektif global,” tuturnya.

Hal tersebut menjadi poin penting dalam diskusi terbuka yang merupakan rangkaian dari acara Indonesian Scholars International Convention (ISIC) ke 20 (the 20th ISIC). Diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK) pada 9-10 Juli 2021 waktu London, ISIC mengangkat tema “Indonesia Levelling Up: Enhancing Indonesia’s Crisis Resilience”. Acara yang menghadirkan berbagai narasumber, mulai dari pemerintah, profesional, pakar sampai akademisi ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan, khususnya para pelajar Indonesia di luar negeri, untuk menyatukan berbagai ide dan upaya guna meningkatkan ketahanan Indonesia terhadap berbagai krisis multidimensi. Selama dua hari pelaksanaannya, lebih dari 1.600 orang peserta yang didominasi pelajar Indonesia dari seluruh dunia hadir dalam rangkaian acara ISIC, yang meliputi Ministerial Talk, sesi pleno, dan 12 sesi paralel dengan berbagai bidang keilmuan dari pendidikan sampai energi.

 

Dalam pembukaan acara ISIC, Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris, merangkap Irlandia dan IMO, Desra Percaya, menekankan betapa pandemi COVID-19 ini telah menjadi ‘game changer’ dalam mendeterminasi masa depan Indonesia.

“Bank Dunia baru saja merilis terkait turunnya status Indonesia dari negara dengan pendapatan menengah atas kembali pada pendapatan menengah bawah. Kita perlu membalikkan keadaan ini dengan cara mengatasi pandemi Covid19. Selain itu kita harus pastikan bahwa tidak ada satu pun yang tertinggal di belakang,” kata Desra.

Menurut Kementerian PPN/Bappenas, sebelum pandemi, Indonesia diperkirakan akan mencapai status pendapatan tinggi pada tahun 2036. Namun, karena situasi pandemi, kita perlu dua tahun lagi untuk mengembalikan posisi ekonomi kita kepada situasi sebelum pandemi.

“Untuk itu, pemerintah menetapkan enam strategi utama untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, yakni penguatan sumber daya manusia, pengembangan ekonomi hijau, integrasi ekonomi domestik, peningkatan produktivitas industri, transformasi digital, dan relokasi ibukota untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi lokal,” kata Amalia Adininggar, Deputi Bidang Perekonomian Kementerian PPN/Bappenas.

Ketua penyelenggara the 20th ISIC, Antonius Prasetya, menjabarkan cara penting terkait kesiapan menghadapi pandemi COVID-19, yakni dengan memindahkan pertanyaan dari ‘bagaimana jika’ menjadi ‘apa yang harus kita lakukan’. Antonious berharap ISIC dapat membawa momentum, semangat optimis kepada mahasiswa Indonesia bahwa suatu hari Indonesia dapat menjadi negara dengan pendapatan tinggi dengan fondasi ketahanan yang kuat. “Kami mengumpulkan 211 tulisan dari pelajar Indonesia di seluruh dunia tentang bagaimana kita bisa keluar dari krisis pandemi ini. Terpilih 8 gagasan yang kami sampaikan kepada pemerintah,” lanjut Antonius yang juga merupakan mahasiswa master di University College London.

Khusus untuk sistem pendidikan di Indonesia, Professor Benny Tjahjono dari Coventry University dan perwakilan dari Ikatan Ilmuwan Indonesia International (I-4) di Inggris Raya, mengingatkan pentingnya tersedianya program-program yang dapat memberi kesempatan pada mahasiswa untuk belajar ke luar negeri.

“Selama ini banyak program-program [tersebut], tapi biasanya tidak sustain. Yang paling penting di sini adalah dukungan selama studi dan penyelenggaran mentoring setelah studi. Salah satunya untuk melebarkan network adalah dengan bekerja sama dengan diaspora,” ujarnya.

Kepala Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Anindito Aditomo, PhD. mengatakan seharusnya momentum pandemi COVID-19 juga dijadikan sebagai refleksi untuk memperbaharui dan mengevaluasi sistem pendidikan di Indonesia sendiri. Kemendikbud, ujarnya, masih meramu kebijakan baru terkait, menggabungkan metode asinkronus dan sinkronus, dan pemangku kebijakan mengambil langkah ‘Affirmative Policy’ yaitu menetapkan kebijakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah.

 

Watch on Youtube

Comments