Langkah Mudah Mencegah Kebal Obat
Artikel ini telah dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat, Jawa Barat
Kamis, 8 Desember 2016
Sejak ditemukan pada tahun 1928 oleh Sir Alexander Fleming, antibiotik kini semakin berkembang pesat. Bukan hanya tenaga kesehatan yang familiar dengan penggunaan antibiotik, bahkan masyarakat awam pun akrab dengan obat-obatan antibakteri tersebut. Pada kemasan antibiotik terdapat logo lingkaran merah yang berarti obat tersebut harus diresepkan oleh dokter, tidak bisa dibeli bebas. Penggunaan antibiotik harus dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan berbagai risiko dan keuntungan dari pemakaian obat tersebut.
Antibiotik harus diresepkan oleh dokter berdasarkan indikasi atau kebutuhan tertentu dari penyakit yang dialami pasien. Sesuai dengan kelas obatnya, antibiotik termasuk kelas obat antibakteri sehingga tidak semua penyakit harus diobati dengan antibiotik. Sebagian besar penyakit yang dialami masyarakat sebetulnya disebabkan oleh infeksi virus. Bagaimana membedakan infeksi virus dan infeksi bakteri?
Kenali Infeksi Akibat Virus
Dalam keadaan normal, tubuh manusia memiliki daya tahan atau imunitas yang baik dalam menangkal berbagai sumber infeksi, terutama virus. Namun pada kondisi imunitas yang kurang baik, virus dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Contoh virus yang paling sering menimbulkan penyakit di masyarakat yaitu virus saluran pernafasan, seperti virus influenza. Gejala yang ditimbulkan virus pun bervariasi, mulai dari demam, menggigil, hidung berair, batuk-batuk, dan masih banyak lagi.
Masyarakat masih banyak beranggapan bahwa demam dan gejala-gejala infeksi virus lainnya membutuhkan antibiotik sebagai obat utama. Anggapan tersebut tentu saja salah. Infeksi virus dapat sembuh sendiri (self-limiting). Dengan istirahat yang cukup, perbaikan pola makan dan penerapan pola hidup sehat terutama cuci tangan dengan sabun, dapat mempercepat penyembuhan penyakit akibat virus. Apabila gejala-gejala penyakit menetap lebih dari tiga hari setelah istirahat optimal dan perbaikan pola hidup, maka sebaiknya konsultasi terlebih dulu dengan dokter untuk menentukan apakah infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri dan memerlukan pengobatan antibiotik.
Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik secara irasional yang kerap ditemukan dalam kehidupan sehari-hari menimbulkan permasalahan serius: terjadinya resistensi antibiotik. Apa itu resistensi antibiotik? Apabila antibiotik diberikan pada penyakit dengan sebab virus dan dikonsumsi tidak sesuai aturan pakai, maka lama kelamaan bakteri menjadi kebal terhadap efek antibiotik tersebut. Selain itu, antibiotik juga dapat membunuh bakteri normal yang ada dalam tubuh. Akibatnya, saat seseorang betul-betul terinfeksi bakteri maka antibiotik tidak mampu memberikan efek pada bakteri-bakteri tersebut. Diperlukan antibiotik dengan kelas lebih tinggi untuk mempercepat proses penyembuhan infeksi bakteri.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Tanggal 14-20 November merupakan Pekan Antibiotik Sedunia yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015 mengeluarkan informasi dalam bentuk gambar (infografis) berjudul “Bijak Gunakan Antibiotik”. Dalam infografis tersebut, masyarakat dihimbau agar:
- Menggunakan antibiotik hanya dengan resep dokter
- Tidak menggunakan antibiotik berdasarkan resep sebelumnya
- Jika sakit lebih dari 3 hari, hubungi dokter
- Mengenali gejala infeksi akibat virus
Infografis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
Dari infografis di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik harus dilakukan secara rasional. Antibiotik harus diberikan sesuai dengan indikasi penyakit, berdasarkan hasil pemeriksaan dan konsultasi dokter, serta dikonsumsi sesuai petunjuk dokter. Antibiotik yang diresepkan harus dikonsumsi sampai habis meskipun kondisi tubuh sudah dirasa membaik. Dosisnya pun harus sesuai dengan instruksi dokter, tidak kurang dan tidak berlebihan. Dalam penggunaannya juga harus dipantau apakah terdapat reaksi alergi obat seperti kemerahan pada kulit, gatal-gatal pada kulit, bahkan reaksi parah seperti sesak nafas dan bengkak pada bibir serta wajah.
Antibiotik harus digunakan secara bijak. Maraknya resistensi terhadap antibiotik yang kini makin terlihat di praktik klinis sehari-hari menimbulkan tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan. Prinsipnya kembali lagi pada pencegahan penyakit yang optimal. Jaga selalu kesehatan Anda dan keluarga. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Sasfia Candrianita, dr.