Buckingham Palace. Source: The Royal Family
Dua minggu pertama jalan-jalan terus sejauh duit memungkinkan (karena beasiswa belum turun). Lumayan sekalian membiasakan diri dengan kehidupan Underground London. Beberapa dari kita, seperti teman kita Dias Novita Wuri misalnya, yang sekarang belajar Sastra Bandingan, tidak bisa mencegah otak melakukan perbandingan antara Tube London dengan sistem transportasi bawah tanah negara-negara lain yang pernah kita kunjungi. Bagi yang baru pertama menginjak London, mungkin akan rada syok karena ternyata yang namanya Tube tampangnya lumayan rombeng, stasiun-stasiunnya juga sudah tua, gerbongnya panas dan pengap, dll dll. Jam-jam sibuk sih sesuai perkiraan—orang-orang berjubel-jubel memenuhi stasiun dan gerbong-gerbong Tube. Kalau jam sedang tidak sibuk tapi Tube menuju ke hotspot turis, gerbong akan penuh dan bangku-bangku prioritas biasanya diduduki pemuda-pemuda segar-bugar yang sering pura-pura tidak lihat bahwa ada orang tua/ibu hamil/orang memakai kruk yang tentunya lebih membutuhkan bangku itu. Beda dengan Jepang! pikir kita, seperti halnya teman kita Dias Novita Wuri, yang notabene butuh bangku prioritas tapi tidak enak hati mencolek orang minta bangku. Dua bulan kemudian barulah ia memperoleh pin baby on board yang dipesan online secara gratis, tapi kadang pin itu pun ngga ngaruh.Kursi prioritas di dalam gerbong Tube. Source: Huffington Post UK
Kita sadar bahwa orang London kebanyakan cuek-bebek. Berkat pengalaman berkali-kali naik Tube. Tapi pada dasarnya orang Inggris sopan-sopan, jadi banyak juga yang bakal menawarkan bangkunya untuk kita yang membutuhkan. Kita mulai pusing melihat banyaknya poster-poster iklan segala macam yang menutupi seluruh dinding stasiun Underground di mana-mana. “Beli ini dong!” “Pakai servisini dong!” “Nonton ini dong!” “Baca buku ini dong!” Di dalam gerbong Tube juga isinya iklan melulu. Pusing, ah. Setelah beberapa kali naik Tube, kita jadi suka terngiang-ngiang pengalaman antri di Stasiun Busway Pusat Harmoni dulu waktu pulang kantor. Neraka jahanam deh. Mendingan sumpel-sumpelan di stasiun Underground! Minggu pertama tiba di London, kita masih semangat celebrity-spotting di dalam Tube karena kita pernah membaca artikel online entah di mana bahwa beberapa seleb Inggris juga suka naik Tube, seperti misalnya Eddie Redmayne yang main Fantastic Beasts dan bahkan mantan PM David Cameron waktu beliau masih sering pencitraan. Setelah beberapa minggu kita pun tidak lagi usaha celeb-spotting di dalam Tube karena orang Inggris ngga suka dilihatin! Dua bulan kemudian, masih nol seleb. Kita mulai berhenti nyasar dan berhenti turun di stasiun yang salah. Tapi juga kita mulai suka ketiduran di dalam Tube. Tetiba capek naik Tube setelah dibikin syok oleh 136 anak tangga horor di stasiun Goodge Street, tapi untungnya kita pun mulai hapal nomor bus dan jurusan-jurusannya. Lagian lebih murah juga ongkosnya. Bus ternyata ngeri sekali macetnya karena jalanan London biasanya sempit-sempit dan mobilnya juga sejibun. Ketika dikejar waktu, kita pun kembali beralih naik Underground tercinta. Demikianlah kehidupan bawah kita di kota London,Inggris.