Pemateri: Jackson Andreas Pola (Heriot-Watt University)
Pada hari Jumat, tanggal 16 Maret 2018, pukul 21:00 – 23:00 (GMT), telah berlangsung acara knowledge sharing pertama dari ISF (Indonesian Scholars Forum) bidang Energi 2018, yang dibawakan oleh Jackson Andreas Pola, mahasiswa PhD tahun kedua di Institute of Petroleum Engineering, Heriot-Watt University, Edinburgh, dengan judul “Potensi Pengembangan EOR (Enhanced Oil Recovery) untuk Peningkatan Produksi Minyak Indonesia.” Diskusi ini dihadiri oleh 11 orang anggota ISF Energi 2018 dengan latar belakang akademik yang beragam.
Pendahuluan
Kondisi migas Indonesia pada saat dapat digambarkan sebagai berikut; jumlah cadangan minyak terbukti (proven reserves) sebesar 3.36 juta barrels oil atau 0.2% dari total minyak dunia (1,684 milyar barrel), dan diprediksikan akan habis dalam 11 tahun. Sedangkan cadangan gas terbukti (proven reserves) sebanyak 103 triliun SCF atau 1.6% dari total gas dunia (6,559 TSCF), dan diprediksikan akan habis dalam 40 tahun. Produksi minyak terus menurun dan bahkan jatuh ke titik yang paling rendah sejak tahun 1970. Di tahun 2016, Indonesia hanya memproduksi 55% dari konsumsi minyaknya, dibandingkan dengan surplus minyak di tahun 2002. Sedangkan konsumsi minyak meningkat dua kali, menjadi dua kali lipat selama 20 tahun terakhir.
Sementara dalam produksi gas dunia, berkebalikan dengan kondisi ketersediaan minyak, Indonesia menempati peringkat ke 10 dengan cadangan 102 TCF di tahun 2016. Indonesia turun dari exportir LNG (Liquid Natural Gas) terbesar sedunia di tahun 2005. Fasilitas LNG Indonesia saat ini ada di Bontang, Kaltim; Tangguh, Papua Barat dan Donggi Senoro, Sulawesi.
Salah satu solusi kelangkaan minyak di Indonesia adalah dengan cara meningkatkan recovery migas. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan, antara lain untuk jangka waktu pendek dengan melakukan workover dan well services; untuk jangka waktu menengah, dengan metode EOR; sedangkan untuk jangka waktu panjang, melalui cara eksplorasi. Kegiatan eksplorasi tentunya lebih menantang serta lebih mahal.
Pada tahapan awal produksi (primary recovery), setidaknya sekitar 15-30% minyak di reservoirs yang dapat diproduksikan secara natural flow serta artificial lift, selanjutnya produksi minyak dapat ditingkatkan melalui teknik EOR yang merupakan tertiary recovery dimana produksi dapat ditingkatkan hingga mencapai 40-70%. Menurut Society of Petroleum Engineers, EOR diklasifikasikan antara lain: Thermal (steam, hot water dan insitu combustion), Gas Injection (CO2, Hydrogen dan Nitrogen/Fuel), Chemical (alkaline, surfactant dan polymer) serta metode yang lainnya (microbial, acoustic dan electromagnetic).
Potensi Penerapan EOR di Indonesia
Menurut data yang diperoleh dari SKK Migas (satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi), metode EOR yang saat ini sedang fokus dikembangkan adalah dengan menggunakan metode injeksi Surfactan, Thermal dan CO2. Dari 136 lapangan tua yang ada di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 55 BBO unrecoverable minyak, dengan potensi penambahan produksi sebesar 4.6 BBO. Dalam periode 2016 hingga 2015 diperkiraan terdapat 34 lapangan yang diprioritaskan untuk implementasi EOR dengan potensi incremental sebesar 2,7 BBO.
Tantangan yang ditemui dalam menerapkan EOR di Indonesia adalah sebagai berikut.
- Regulasi
- Ketidakpastian hukum, ketidakpastian pembaruan kontrak, kesulitan dalam lisensi, perubahan kebijakan dan tidak adanya investasi untuk keamanan
- Kurangnya komitmen dari KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) untuk menerapkan EOR
- Kurangnya rangsangan untuk membuat EOR lebih menarik
- Kurangnya kerjasama antar sector / departemen
- Kurangnya organisasi EOR di dalam SKK Migas, Ditjen Migas dan KKKS
- Teknis
- Kondisi subsurface yang kompleks
- Kurangnya material untuk injeksi
- Ketiadaan pengalaman dan keahlian dalam EOR
- Infrastruktur yang sudah tua
- Biaya operasional yang mahal
- Fiskal
- Kredit investasi
- Perpanjangan kontrak
- Ketiadaan pajak untuk penggunaan fasilitas secara bersama
- Tax holiday
- DMO holiday
- Depresiasi
- Block Basis Development
- Supply Chain
- Volume besar (chemical)
- Patent/customized (biaya tinggi)
- Kapasitas nasional
- Procurement
- Strategi penyediaan CO2 (asal dan infrastruktur / transportasi)
Kesimpulan
- Industri migas di Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar bagi penerimaan negara, akan tetapi menghadapi beberapa kendala sebagai berikut:
- Produksi migas dari mature oil field di Indonesia yang terus menurun.
- Eksplorasi migas cenderung lebih sulit dan mahal.
- EOR dapat memberikan kontribusi yang penting bagi persediaan minyak di Indonesia dalam jangka panjang.
- Kesulitan yang dialami dalam menerapkan EOR di Indonesia dapat dikategorikan antara lain dari segi regulasi, teknik, fiskal, dan supply chain.
..bersambung ke Bagian 2.
Penulis: Richard Silitonga (University of Sheffield) dan Gabriella Alodia (University of Leeds)