Penulis: Aliyyah Rusdinar, LSE

Diskusi publik kolaborasi antara Lingkar Studi Cendekia (LSC), Indonesian Scholars Forum (ISF) Cluster Politics PPI UK, dan SOAS yang terjadi pada Sabtu, 24 Februari 2018 lalu membahas topik-topik seputar Pemilu dan Pilkada yang akan terjadi pada tengah 2018 dan sepanjang 2019 mendatang. Diskusi tersebut mendatangkan 2 pemapar utama: Wisnu Prasetya (Kandidat M.Sc Media and Communications, University of Leeds) dan Aliyyah Rusdinar (Kandidat M.Sc Comparative Politics, LSE), serta dimoderatori oleh Steven Polhaupessy (Kandidat M.Sc in Chinese Politics, SOAS London).

Secara umum, masing-masing pembicara memberikan paparan awal terkait dengan prediksi hubungan Pilkada 2018 terhadap Pemilu 2019, potensi risiko politik yang paling mungkin dihadapi, serta peran media dalam kontestasi politik mendatang.

Pengaruh Pilkada dalam Kompetisi Pilpres 2019

Pilkada tengah tahun 2018 mendatang akan menjadi momen strategis untuk partai politik, selain untuk mengevaluasi strategi dan kesiapan keorganisasiannya masing-masing juga untuk sedikit-banyak memprediksi peluang kemenangan pada pemilu serentak 2019 nanti, mengingat besarnya partisipasi masyarakat – dengan 171 daerah yang ikut berkompetisi dan hamper 80% total populasi Indonesia yang tercakup dalam daerah-caerah tersebut.

Apabila merujuk pada pengalaman pemilu-pemilu sebelumnya, bisa dikatakan hampir tidak ada korelasi signifikan antara perolehan suara/kemenangan partai di suatu daerah dengan perolehan suara partai tersebut pada pemilihan level nasional. Sehingga kemenangan elektoral pada pilkada secara keseluruhan tidak secara otomatis dapat digunakan sebagai ukuran untuk forecasting potensi perolehan suara partai politik tersebut pada level nasional. Namun, fenomena yang diamati pada beberapa periode kebelakangan menunjukan bahwa terdapat upaya yang cukup terlihat dari elit-elit nasional yang berupaya untuk membangun modal politik mereka di daerah-daerah, terutama di tempat-tempat lumbung suara. Tahun ini hal tersebut dapat terjadi, mengingat politik Indonesia yang saat ini sedang cukup terpolarisasi antara dua poros kuat. Sesuatu yang tidak terjadi pada level ini di pemilu-pemilu sebelumnya.

Pada pemilu ini, apabila suatu kandidat daerah berhasil untuk diperkenalkan baik langsung atau tidak langsung sebagai perpanjangan tangan dari poros Jokowi-Prabowo, kemenangan kandidat-kandidat seperti tersebut, menjadi memiliki makna prediktif.

Media dalam Pilkada dan Pemilu Serentak 2018/2019

20 tahun setelah pembebasaan aktivitas media post-reformasi, kita mengamati trend media yang kepemilikannya semakin terpusat pada beberapa orang yang secara jelas memiliki ambisi politik. Ini terjadi dibalik realita bahwa sumber utama informasi orang Indonesia masih televisi (mengingat penetrasi internet di Indonesia hanya baru mencapai sekitar 50% total penduduk). Sehingga, artinya, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap informasi, terjadi bersamaan dengan monopoli sumber infromasi tersebut ditangan sedikit orang yang memiliki kecenderungan politik.

Hal ini memberikan setidaknya dua dampak trend media saat ini terhadap demokrasi Indonesia. Pertama, semakin maraknya berita-berita yang partisan dan mencerminkan polarisasi politik nasional. Hal ini akan berakibat kepada minimnya produksi berita/sumber berita yang objektif. Kedua, semakin pragmatisnya orientasi media-media di Indonesia, mengingat elit media yang bermuatan politik dapat dengan mudah mengayunkan konten berita mereka sesuai kepentingan politik jangka pendek mereka. Kontrol signifikan yang dimiliki oleh pemilik media, akan memperkuat tone berita yang minim akan basis ideologis dan lebih mengedepankan pemberitaan yang bersifat praktis.

Secara khusus, dalam konteks Pilkada dan Pilpres nanti, dapat diprediksi bahwa trend-trend tersebut akan semakin menguat. Namun, penting pula untuk membertimbangkan bahwa kedepan, peningkatan peran pusat informasi yang berbasis online, setidaknya menjadi alternatif penting dalam upaya menyeimbangkan dominasi elit media mainstream dalam penyediaan informasi bagi masyarakat. 

Diskusi penuh dapat dilihat pada video di bawah ini.

Info lebih lanjut mengenai ISF dapat dilihat pada artikel ini.

Comments