..sambungan dari Bagian 1
Pengendalian emisi pembakaran batu bara di Indonesia masih terbatas. Saat ini salah satu cara mengurangi emisi karbon dari batu bara adalah dengan kontrol kualitas batu bara yang digunakan. Sayangnya, batu bara di wilayah Indonesia sebagian besar berjenis lignite yang memiliki kualitas paling buruk (emisi karbon paling besar per unit energi yang dihasilkan). Namun, beberapa industri seperti PT Semen Indonesia mulai beralih dari gas bumi ke batu bara sebagai bahan bakar karena gas bumi diperlukan sebagai bahan baku. Selain itu, batu bara memang masih merupakan sumber energi yang paling murah. Oleh sebab itu, Indonesia perlu mengembangkan teknologi batu bara yang bersih yang dapat menyaring polutan yang berbahaya.
Dalam usaha mitigasi pemanasan global, diperlukan teknologi untuk mengurangi emisi karbon dioksida. Salah satunya adalah Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Dalam teknologi ini, karbon ditangkap dari sumber polusi, diangkut ke tempat penyimpan dan akhirnya ditanam kembali ke bumi. Teknologi CCS saat ini masih dalam tahap pengembangan di sebagian besar belahan dunia. Negara yang telah menerapkan teknologi CCS adalah Kanada, yang telah beroperasi sejak kisaran 3 tahun yang lalu. Lagi-lagi dari segi efisiensi, harus ada energi listrik yang dialirkan khusus untuk CCS, sehingga marginal cost pembangkit listrik yang dilengkapi oleh CCS menjadi membengkak dan teknologi yang menggunakan tenaga fosil menjadi mahal.
Teknologi CCS ini masih harus diteliti, terutama untuk lempeng Indonesia yang tidak stabil (utamanya Jawa dan Sumatera, di mana konsumsi energinya tertinggi). Jangan sampai karbon yang diperangkap terlepas lagi ke udara akibat aktivitas teknologi tertentu, walau batuan pemerangkapnya sudah merupakan batuan dengan permeabilitas yang rendah.
..bersambung ke Bagian 3
Penulis: Gabriella Alodia (University of Leeds)