/

January 29, 2016

Dialog antara Kemenristekdikti dengan Pelajar Indonesia Britania Raya

 

KBRI London

London, 27 Januari 2016. Kunjungan Kemenristekdikti ke Britania Raya kali ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Britania Raya untuk melakukan pertemuan dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Britania Raya, terutama penerima beasiswa dari Kemenristekdikti. Dr. Muhammad Dimyati sebagai Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan yang memimpin kunjungan ini  bersama Ibu Ir. Ira Nurhayati Djarot, M.Sc, Ph.D (Direktur Sistem Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), Prof Sangkot Marzuki (Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)), Dr. Budhi Muliawan Suyitno (Sekjen AIPI), dan Ibu Femi (perwakilan British Council Indonesia) memberikan banyak informasi terkait hal-hal yang dilakukan oleh Dirjen dibawah pimpinannya untuk perbaikan sistem riset di lingkup kemeristekdikti dan penandatanganan MoU kerjasama riset antara Britania Raya dan Indonesia.

Isu yang menjadi perhatian Bapak Dirjen adalah tentang mengembalikan kinerja peneliti ke khittah-nya. Menurut Dr. Dimyati, realita yang terjadi saat ini penelitian di Indonesia lebih banyak berkutat ke administrasi dan bukanlah ke substansinya (riset). Hal inilah salah satunya yang menyebabkan penelitian di Indonesia kurang berkualitas. Pada kenyataannya Indonesia memiliki sekitar 4000 universitas namun publikasi paper internasional masih dibawah beberapa negara ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Selanjutnya beliau pun menuturkan akibat lainnya adalah rendahnya inovasi. Menurut beliau, 58% inovasi di Indonesia berasal dari luar negeri.

Untuk mengatasi isu di atas maka Kemenristekdikti berupaya untuk menyederhanakan aturan yang membelenggu terutama dalam masalah administrasi. Langkah ini telah diinisiasi dengan sebuah pertemuan antara LKPP, Kementrian keuangan, dan Bappenas untuk membicarakan revisi Perpres dan menambahkan bab khusus riset dengan adanya Standar Biaya Khusus. Kemudian, Kemenristekdikti akan mengembalikan penelitian berbasiskan output, sebagai contoh acuannya adalah publikasi. Ide besar ini harus terus dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait tersebut secara intensif ujar Bapak Dirjen.

Dengan kondisi menggunakan dana riset dari pemerintah (APBN) yang begitu rumit, maka ada suatu inisiatif untuk membentuk lembaga pembiayaan di luar pemerintah yang lebih flekibel. Salah satu lembaga yang sedang diusung tersebut adalah Indonesia Science Fund (ISF) dimotori oleh AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang telah diinisiasi sejak 2010 dan melibatkan beberapa lembaga penelitian internasional. AIPI didirikan berdasarkan Undang-Undang, namun merupakan organisasi independen yang pendanaannya boleh menerima dana dari non-pemerintah. AIPI telah berdiri sejak 25 tahun yang lalu. AIPI memiliki perhatian terhadap penelitian-penelitian dasar. Menurut Prof. Sangkot, ISF bisa menampung kerjasama riset. Tujuan dari ISF itu sendiri adalah “ to promote scientific culture of excellent”. Pendanaan yang nantinya akan dikeluarkan oleh ISF adalah multiyear funding and sustainable. Saat ini, AIPI dan ISF sedang berbenah untuk membangun standar Internasional untuk sistem keuangan dan pelaporannya.

Setelah menyampaikan gebrakan besar yang dilakukan di lingkup Kemenristekdikti, Dr. Dimyati pun menyampaikan bahwa kerjasama bilateral di bidang riset dengan pemerintah Britania Raya (Newton Fund) mengacu pada tiga pilar, yaitu:

  1. Capacity building
  2. Riset
  3. Hilirisasi dari proses riset.

Kerjasama ini akan dimulai pada tahun 2017 dan  Kemenristekdikti akan memaksimalkan dukungan dari pemerintah Britania Raya tersebut.

Dalam dialog ini pun terdapat sesi tanya jawab yang dimanfaatkan pula dengan baik oleh PPI UK terutama penerima beasiswa dari Kemenristekdikti untuk menyampaikan uneg-unegnya. Semua pertanyaan dijawab dengan baik oleh Dr. Dimyati dan narasumber lainnya. Bapak Dirjen akan meneruskan hal-hal yang disampaikan oleh PPI UK ke pihak-pihak yang terkait. Satu usulan yang sangat bagus oleh Prof. Sangkot Marzuki kepada Kemenristekdikti adalah agar beasiswa PhD untuk negara-negara Commonwealth khususnya Britania Raya agar ditetapkan beasiswanya selama 4 tahun, hal terkait kultur studi by research. Langkah ini adalah untuk menghindarkan segala macam polemik untuk permohonan perpanjangan beasiswa. Selain itu pula salah satu “diktier” mengusulkan adanya online center dan FAQ untuk memudahkan komunikasi.

Dalam kesempatan yang berharga ini pula PPI UK banyak mendapatkan nasehat dan motivasi dari para narasumber antara lain agar tidak pantang menyerah terhadap situasi yang menempa para pelajar Indonesia bahkan memberikan contoh bagaimana China dapat menyekolahkan anak-anak mudanya sejumlah 6000 orang dengan biaya beasiswa hanya untuk 2000 orang. Mereka tahan dengan segala pahitnya konsekuensi untuk berbagi akomodasi dan bekerja keras dan realitanya saat ini China menjadi negara besar dan lebih maju. Kemudian para narasumber pun menghimbau pelajar Indonesia untuk memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya melakukan kolaborasi riset dan publikasi internasional karena hal tersebut sangat penting untuk kemajuan riset di Indonesia. Sebelum mengakhiri dialog, Bapak Dirjen berpesan kepada pelajar Indonesia agar tidak putus berdoa dan taat kepada orang tua karena hal tersebutlah yang akan mengiringi kesuksesan.

 

Departemen Riset dan Kajian Strategis PPI UK

From the same category