/

November 6, 2014

Semua Tak Sama, Semua Tak Beda

2 Penulis - Anugrah Sabdono

Preambule

Negara ini adalah negara yang menarik. Banyak hal yang berbeda dari tempat saya tinggal, tetapi banyak juga hal yang sama yang saya temukan disini. Melalui tulisan ini saya coba memberikan pandangan bagaimana orang-orang di sekitar saya membuat saya kagum dan bagaimana mereka mengagumi kita. Banyak yang bisa kita pelajari banyak juga yang bisa kita ajari.

Bagian 1.

Orang-orang disini menghargai apa yang kita lakukan bukan dari penampilan tapi dari apa yang kita kerjakan. Kata-kata “don’t judge a book by its cover” benar-benar saya temukan disini. Salah satu dosen disini adalah wanita yang bergaya rocker, kutek berwarna hitam, senang memakai sepatu kets berwarna pink dan hijau menyala, dan bertato. Jangan bayangkan seorang profesor berpenampilan seperti itu, tapi itulah kenyatannya. Saya disini akhirnya mempercayai bahwa orang benar-benar bisa dihargai dari apa yang kita lakukan. Itulah nilai yang harus kita pegang. Kita bisa menunjukkan apa yang kita bisa dari apa yang bisa kita lakukan bahkan dengan hal sekecil apapun, karena kita punya peran masing-masing.

Ada hal lain disini yang membuat saya kaget sekaligus senang adalah bagaimana orang –orang berkata terima kasih dan melakukan hal-hal kecil yang baik. Saya selalu ingat bagaimana orang-orang manahan pintu kalau ada orang lain di belakangnya. Saya juga selalu ingat bagaimana orang-orang mengatakan terima kasih pada supir bis yang hanya melakukan tugasnya. Hal-hal itulah yang membuat seseorang merasa dihargai. Lakukan hal kecil yang bisa kita lakukan dan kita tak pernah bisa tahu seberapa hebat kebaikan itu bagi orang lain.

Saya juga disini menyadari bahwa orang-orang disini sangat menghargai apa itu perbedaan, menghargai ada beberapa hal yang kita tidak bisa dilakukan dan tetap dihargai dari apa yang kita lakukan. Saya disini setiap minggu pergi ke bar bersama kawan-kawan. Mereka tahu saya tidak minum alkohol. Mereka tahu saya tidak makan babi. Mereka tidak pernah memaksa saya minum alkohol, bahkan pertama kali saya ke bar mereka bertanya apakah saya tidak masalah kalau yang lain minum bir. Kalau mereka mengadakan makan-makan dan melibatkan kawan-kawan yang muslim, mereka mencarikan restoran halal. Mereka menghargai saya yang mau berusaha bersosialisasi dengan mereka.

Satu hal lagi yang menurut saya sangat menarik adalah kebiasaan memanggil dengan menyebut nama, walaupun ada perbedaan posisi. Pada saat pertama saya datang, saya merasa canggung memanggil pembimbing saya yang professor dengan memanggil hanya nama. Namun beliau bilang kalau kita disini bekerjasama untuk melaksanakan peran kita, beliau sebagai pembimbing dan saya sebagai mahasiswa. Kita saling membantu dan sama-sama belajar. Ini adalah hal yang menarik karena dengan adanya kesetaraan sebutan itu maka saya merasa punya peran. Siapapun, bahkan apapun bisa mempunyai peran kalau tidak ada yang namanya merendahkan. Mungkin budaya ini sulit diterapkan di Indonesia, tapi kita harus ingat bahwa kita harus saling menghargai peran orang-orang di sekitar kita apapun perannya.

Tempat ini adalah tempat dimana saya bisa membelalakan mata. Tempat saya bisa belajar banyak hal dan mengagumi banyak hal. Tapi akhirnya saya bisa merasa bangga. Satu hal yang akhirnya saya sadari bahwa mereka mempelajari sesuatu dari saya, dan saya bisa terus bisa merasa bangga sebagai wakil dari Indonesia. Apa itu? Ini ada di bagian dua dari tulisan ini.

Bagian 2

Pernahkan ada yang menyadari bahwa kita adalah orang yang mampu membawakan diri. Mungkin masih ada yang bingung dengan apa yang saya maksudkan. Kita adalah bangsa yang memiliki banyak keragaman dan percaya atau tidak itu membuat kita bisa bergaul dan menempatkan diri dengan mudah. Kita terbiasa untuk hidup dalam keragaman dan itu membuat kita mudah beradaptasi. Pernah suatu kawan saya bertanya kenapa saya mau ikut ke bar sementara kawan kami yang dari Iran selalu menolak ikut. Saya menjawab: saya merasa butuh untuk bersosialisasi dengan kalian disini dan selama tidak ada yang memaksa saya untuk melakukan apa yang saya tidak boleh lakukan (minum alkohol), saya baik-baik saja. Kita terbiasa dengan perbedaan sehingga kita terbiasa menempatkan diri pada situasi yang berbeda. Ada kawan saya yang bersekolah di Jakarta sewaktu SD dan dia bilang dia senang bertemu orang Indonesia karena kita selalu bisa melihat persamaan dalam perbedaan. Bukankan itu hal yang membanggakan?

Kita juga dikenal sebagai disini sebagai pekerja keras dan optimis. Ada obrolan menarik dengan pembimbing saya saat saya sedang bimbingan. Beliau bilang saya berharap bisa mendapat mahasiswa lagi dari Indonesia. Pembimbing saya ini pernah membimbing orang Indonesia sebelum saya. Beliau bilang mahasiswa Indonesia yang dibawah bimbingannya menunjukkan karakter pekerja keras dan bisa berfikir positif. Dengan karakter itulah kita bisa bertahan di tempat yang benar-benar asing dan baru.

Salah satu karakter yang dikenal dari orang Indonesia adalah keramahannya. Dengan keramahan ini kita bisa dengan mudah mendapat teman. Dengan keramahan ini kita bisa dengan mudah diterima oleh komunitas. Dengan keramahan ini kita bisa mengenalkan bangsa Indonesia yang sebenarnya. Saya punya cerita menarik lain. Pada suatu waktu saya bertemu salah satu dosen disini di ruangannya. Saya melihat sebungkus Ekstra Joss dipajang di ruangannya. Dia bilang dia setiap tahun ke Indonesia untuk menyelam dan disanalah dia menemukan minuman yang bernama sama dengan namanya. Dia bercerita dia senang ke Indonesia karena keramahannya, toleransinya dan keindahannya. Dia bilang bahwa dia bangga sering mengunjungi Indonesia karena dia bisa melihat banyak hal positif disana.

Sebagai penutup saya ingin mengatakan “Semua tak sama, semua tak beda.”Kita semua tahu nilai-nilai yang baik sebagaimana kita diajarkan orang tua kita. Pada dasarnya dimanapun kita berada kita tetaplah manusia yang menjunjung nilai-nilai positif yang sama. Jadi walaupun mungkin disini terlihat berbeda tetapi pada dasarnya kita sama saja. Bukanlah perbedaan,tapi ketidakmampuan melihat persamaan yang menyebabkan konflik. Kita sebagai bangsa Indonesia dengan Bhinneka Tunggal Ika sejajar dengan bangsa lain dan kita harus bangga akan itu.

Anugrah Sabdono Sudarsono

Phd Acoustic, Science and Technology

University of Salford

Newton Building, Room G10

From the same category