/

November 6, 2014

Pengalaman Mengembara

Me

Saat saya pertama kali ditanya ‘bagaimana pengalaman kuliahmu di Inggris?’ Jujur saya secara mendadak menjadi bisu dan langsung berpikir. Pengalaman kuliah saya selama saya kuliah di Inggris sepertinya tidak bisa dikemas hanya dalam satu atau dua kata, malah mungkin bisa saya jadikan buku sepertinya. Dalam empat tahun saya belajar di negeri Ratu Elizabeth II ini banyak sekali pengalaman-pengalaman yang membuat hidup saya persis sebuah wahana Roller Coaster. Ada pengalaman yang bahagia dan juga yang buruk, akan tetapi ini semua berujung kepada suatu outcome yang sangat membanggakan, baik bagi saya, orang tua, teman-teman dan juga bagi Indonesia.

Empat tahun yang lalu saat saya pertama kali memijakkan kaki saya di Inggris sebagai seorang mahasiswa, berjuta-juta emosi bergejolak di balik hati saya. Semangat, penasaran, bimbang, khawatir, dan lain-lainnya membuat saya bertanya-tanya ‘Benarkah saya sekarang sudah menjadi mahasiswa? Apakah saya sekarang benar sedang berada di Inggris dan hidup sendiri?’ Pertanyaan-pertanyaan ini terus menghantui saya untuk beberapa minggu awal saya di Inggris. Bagaimana tidak, teman saya relatif belum punya, orang tua tidak ada, makanan harus memasak sendiri. Segala pengalaman-pengalaman baru ini sering membuat saya homesick dan merasa ingin cepat-cepat pulang.

Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai bertemu dan berkenalan dengan beberapa teman-teman di kelas saya dan juga di dalam asrama. Merekapun berasal dari berbagai macam negara seperti India, Cina, Perancis, Vietnam, Korea, Jepang, Singapura, Malaysia dan tentunya dari Inggris sendiri. Walaupun mereka tidak berasal dari Indonesia, saya selalu merasa nyaman saat bergaul dengan mereka. Memang tahun-tahun pertama saya jarang sekali bertemu dengan saudara-saudara setanah air, akan tetapi saya mencoba menjadi duta bangsa Indonesia dengan membantu memperkenalkan Indonesia kepada seluruh teman-teman saya. Pertukaran kultur dan knowledge pun terjadi, semakin mereka mengenal Indonesia, semakin mengenal pula saya dengan negara-negara mereka.

Makanan memang menjadi salah satu permasalahan klasik bagi mahasiswa Indonesia yang berkuliah di luar negeri. Tidak ada warteg di pinggir jalan atau gerobak nasi goreng yang berkeliling pada malam hari. Bahkan rasa Indomie pun cukup berbeda antara yang ada di Indonesia dengan yang ada di Inggris. Jujur semua hal ini membuat saya frustrasi kadang-kadang. Tetapi ini adalah salah satu pengalaman yang paling berharga menurut saya. Dengan tidak adanya makanan Indonesia, maka saya tertantang untuk membuat sendiri makanan-makanan Indonesia. Dimulai dari nasi goreng, lalu rendang, semur, ayam goreng, dan lain-lain. Walaupun rasanya berbeda antara makanan Indonesia bikinan saya dan yang biasa ada di Indonesia, hal ini cukup membantu saya untuk mengurangi rasa homesick yang kerap saya alami.

Tetapi, saya tidak hanya memasak masakan Indonesia. Terkadang, saya diajarkan pula beberapa masakan asing, seperti membuat spaghetti, steak, sushi, dan makanan-makanan asing lainnya. Seringkali saya melakukan pertukaran resep makanan saat diundang makan-makan ke rumah teman. Dari situ saya pun mempelajari makanan yang teman saya masak. Kadang-kadang ada waktu juga dimana saya mengundang teman-teman saya untuk makan makanan Indonesia di rumah saya, dan seringkali mereka sangat antusias untuk mempelajari makanan Indonesia lebih dalam.

Kehidupan saya selama empat tahun di Inggris memberikan saya banyak pelajaran berharga serta memperkaya pengalaman saya dalam hidup sendiri. Sampai sekarang, saya masih nggak percaya kalau empat tahun sudah terlewat begitu saja dan saya akan segera menamatkan pendidikan saya di Inggris. Jujur kalau saja ada alat yang dapat memutarbalikan waktu, maka saya akan dengan senang hati kembali ke masa-masa awal saya menjadi mahasiswa.

Gilang Kembara
University of Birmingham – MA International Relations (Contemporary Asia Pacific)

From the same category