/

November 6, 2014

Mengenal Pasar Tradisional di Inggris Raya (Pengalaman antara Studi dan Kehidupan Keseharian)

6 Penulis - Ferry Hermawan

Pengalaman ini merupakan kisah nyata sejak menginjakkan kaki di negeri Inggris Raya tahun 2011. Sebagai seorang pecinta ilmu bangunan, pasar dalam sudut pandang pribadi saya merupakan tempat yang luar biasa. Bukan sekedar strukturnya yang kokoh tapi interaksi manusia yang ada di dalamnya telah mengilhami kehidupan keseharian saya, bahkan menjadi bagian dari penelitian saya tentang revitalisasi pasar tradisional. Dalam kurun tiga tahun terakhir saat berkunjung di beberapa kota besar di Inggris Raya, saya telah memperoleh ‘jiwa’ dari konsep pasar yang ada di negeri ini.

Pasar tidak harus mempunyai bangunan permanen, dan setiap kota mempunyai ciri khas yang amat nyata. Beberapa pasar tradisional yang telah saya kunjungi dan cukup berkesan antara lain di London (Borough Market), Birmingham (Bullring market), Coventry (Coventry Market), Loughborough (Flea Market atau Seasonal Market) dan Leeds (Kirkgate Market). Beberapa pelajaran berharga dalam kehidupan sehari-hari di Pasar Tradisional yang saya temui antara lain sistem jual beli, konsep penataan bangunan, jam operasional, kualitas bahan makanan hingga jenis dan warna pembungkus saat kita membeli sesuatu di pasar.
Konsistensi nampak pada semua hal yang saya temukan. Sistem jual beli menggunakan price tag dan menuliskan nama bahan makanan atau barang yang dimaksud sehingga orang tidak perlu banyak bertanya pada pembeli. Konsep penataan bangunan tiap kota juga menjadi ciri yang cukup unik.
Di Borough Market misalnya membuat konsep pasar untuk home industry yang punya kualitas tinggi dan berapa pada daerah yang padat pemukiman ataupun gedung-gedung perkantoran. Di kota Birmingham terdapat Bullring Market yang terdiri dari 3 lokasi, outdoor market, dan dua indoor market (dry and wet market). Sebagai kota metropolitan terbesar kedua, Birmingham mempunyai lokasi pasar tradisional yang berdekatan dengan pusat kegiatan retail Bullring Mall dan dekat dengan stasiun kereta Birmingham Newstreet sebagai transportation Hub di Midland area. Sungguh tempat yang sangat representatif bagi pusat kegiatan masyarakat untuk berbelanja, berkantor dan berekreasi.

Konsep modern dan historis bangunan berbentuk lingkaran dari beton bertulang di kota Coventry, kaya dengan filosofi layaknya Komidi Putar atau seperti perputaran uang di dalamnya. Para pengunjung pasar diajak berkeliling pasar yang secara psikologis tidak melelahkan karena bentuknya yang melingkar. Lain lagi dengan konsep temporary market di kota Loughborough yang mengenalkan budaya jual beli masyarakat lokal sebagai tradisi ratusan tahun pada sebuah kota kecil (town). Town centre menjadi tempat yang disulap pada hari tertentu menjadi semacam pasar malam. Di kota Leeds, pasar tradisional yang cukup terkenal Kirkgate market merupakan konsep pasar dengan sistem blok yang sangat rapi dalam sebuah bangunan pasar yang kuno tapi cantik, khas Inggris Raya. Kios-kios dan cafe yang ditata dengan cita rasa seni membuat para pembeli nyaman berbelanja di dalamnya. Konsep modern pada tiap kios nampak dari sistem instalasi listrik dan jaringan internet untuk mendukung pada pemilik kios pasar berinteraksi secara online sistem distribusi barang dagangannya.

Jam operasional pasar pada umumnya Senin sampai Sabtu, dimulai pada pukul delapan pagi hingga pukul enam sore, meskipun ada beberapa kota menerapkan pada hari Kamis libur. Khusus untuk pasar ikan di Birmingham sudah beroperasi pagi dini hari karena supply dari nelayan datang dari daerah pantai.

Jenis dan kualitas bahan makanan yang dijual sangat ketat diawasi oleh manajemen pasar. Hal inilah yang membuat munculnya sistem potongan harga di sore hari sekitar pukul tiga sore untuk mengurangi waste (buangan sisa) dari barang dagangan. Saat-saat inilah yang paling menyenangkan bagi para pembeli termasuk saya sebagai pelajar. Belanja murah dan dapat banyak untuk kebutuhan memasak di rumah.

Kertas pembungkus dan plastik belanjaan dari pasar juga dibedakan berdasarkan apa yang kita beli. Untuk produk sayuran dan buah buahan menggunakan plastik warna biru atau kertas coklat. Untuk daging dan ikan menggunakan plastik warna putih. Jika kita membeli barang-barang seperti pisau, pembuka botol dan peralat dapur biasanya menggunakan plastik warna hitam. Sangat jelas bedanya jika kita belanja di supermarket yang plastik pembungkusnya mempunyai ciri khas warna dan tulisan tertentu.

Setiap sudut pasar tradisional di Inggris Raya yang beroperasi di pusat kota dilengkapi dengan kamera CCTV dan sistem parkir yang modern. Kenyamanan di pasar tradisional selama tiga tahun terakhir di Inggris Raya adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Keteraturan dan kualitas barang yang dijual adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Budaya yang amat santun dan melekat pada keseharian antara penjual dan pembeli. Sapaan dan pujian dalam setiap transaksi jual beli adalah bukti indahnya interaksi manusia sebagai jiwa yang hidup pada sebuah pasar. Harga yang relatif stabil dalam perputaran roda ekonomi di pasar tradisional sangatlah nyata dirasakan. Pasar tradisional tidak sekedar bangunannya saja, tapi semangat dan jiwa yang ada di dalamnya merupakan pembelajaran yang cukup berharga, dan itu berlansung terus menerus, berkelanjutan dan menjadi budaya keseharian yang tak lekang oleh jaman. Pengalaman hidup yang baik dan pantas untuk dibawa ke tanah air nantinya. Seperti salah satu bait syair lagu kebangsaan kita, “ Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya untuk Indonesia Raya”, mengenal pasar tradisional di negeri orang untuk membangun yang lebih baik di tanah air tercinta Indonesia. Marilah membawa semangat dan pelajaran yang baik untuk kemajuan bangsa Indonesia. Kita Bisa, Kita Mampu, Jangan Berhenti Berkarya untuk Indonesia. Mulailah dari diri kita, kecil namun berarti lebih bermanfaat daripada banyak tapi sia-sia.

Ferry Hermawan, S.T., M.T., MCIOB *)
Coventry University, United Kingdom.
*) Mahasiswa Peneliti pada Program Doktor bidang Built Environment, Department Civil Engineering, Architecture and Building. Penulis juga menjadi staf pengajar pada Jurusan Teknik Sipil-Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia, pada Kelompok Bidang Keahlian Manajemen Konstruksi.

From the same category