Mengejar cita-cita, mencari ilmu dan meraih gelar, mungkin salah satu atau semua motivasi itulah yang menjadi latar belakang utama kita untuk melanjutkan pendidikan jauh-jauh ke luar negeri, tak hanya ke Eropa, Australia, Amerika hingga Negara-negara di timur jauh sana. Cerita suka-duka perjuangan selama mengejar mimpi untuk bisa menempuh pendidikan yang telah lama dicita-citakan dan diangan-angankan rasanya sudah sering kita dengar; perjuangan susah payah mencari beasiswa, jungkir-balik mencari sekolah hingga kisah keteguhan hati yang mampu melompati segala keterbatasan yang ada demi mencapai keinginan tersebut hingga pada ujungnya hal yang diingikan tersebut tercapailah sudah. Sekolah di luar negeri sesuai yang dicita-citakan. Misi pertama tercapai.
Kisah mengenai suka duka dalam menempuh pendidikan juga tak kalah menariknya untuk dibahas. Perasaan senang yang bisa tiba-tiba berubah menjadi kegalauan, kesibukan tanpa henti, kekhawatiran bahkan perasaan bahwa apa yang dijalani ini tak seindah apa yang dibayangkan terdahulu. Yah..begitulah sekolah, sudah bayar mahal, dikerjain pula dengan bonus berbagai beban pikiran serta fisik untuk menyelesaikan banyak tugas dan penelitian. Bak proses industri yang menjadikan sebuah benda hasil produksi akan bernilai jauh lebih berharga dibanding sebelumnya, setelah melewati berbagai proses berat dan panjang. Begitu pulalah pendidikan membentuk kita, sebagai proses penambahan nilai bagi diri kita agar setelahnya dapat menjadi lebih bermanfaat dan memiliki kemampuan lebih pasca selesai melalui semua prosesnya, dan dapat memberikan manfaat nyata di masyarakat. Dan ketika semua proses itu brakhir, setelah ijazah diterima di tangan dan gelar telah tersemat memperpanjang nama. Lantas apa selanjutnya?, “well that’s a good question..”, seperti yang sering supervisor saya katakan.
Boleh dibilang ya, kehidupan pasca lulus itu jauh lebih sulit dibanding dengan paruh kehidupan sebelumnya. Proses sekolah bertingkat-tingkat yang telah dilalui hanya memiliki sebuah tujuan yang pasti pada fase kehidupan sebelumnya yang menjadikan kelulusan sebagai satu-satunya tujuan akhir dari segala proses yang dijalani. Tetapi setelah lulus? Apa yang harus kita lakukan? Apa langkah selanjutnya? Mau kemana saya melangkah? Apa sesungguhnya yang saya suka? Apa harapan orang tua pada diriku? Cari uang atau kembali sekolah? Pertanyaan-pertanyaan itu bermunculan secara instan saat ijazah diterima dan toga tersemat.
Hal yang sama mungkin juga menjadi bahan pikiran kita-kita yang beruntung dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri. Dihadapkan dengan kenyataan hidup nyaman dan telah terbiasa dengan kehidupan yang serba teratur selama stay di negeri luar, menjadikan diri ini betah untuk terus tinggal dan enggan pulang. Disisi lain, kenyataan sulitnya untuk mencari pekerjaan di Negara asing, visa kerja yang makin dibatasi juga masalah kewarganegaraan yang mempersempit kesempatan kerja. Dan tak jarang pula tiba-tiba kita lupa tentang apa yang pernah kita katakan dalam forum-forum pelajar indonesia yang selama kuliah dulu pekikan. “mari kita membangun bangsa”, “demi Indonesia”, pekikan penuh idealisme pelajar indonesia juga dengan aktifnya merayakan berbagai perhelatan nasional disana. Dan ketika saatnya pulang, perasaan enggan yang tersisa.
Belajar dari apa yang Pak Habibie contohkan dahulu, kesungguhan beliau yang dengan kuatnya untuk kembali ke Indonesia demi membaktikan dirinya langsung terhadap bangsa ini membuatnya menjadi salah satu orang yang memiliki peranan penting dalam kemajuan bangsa ini, menjadi salah satu bapak bangsa, karena mungkin ada juga orang lain yang memiliki potensi seperti beliau, tetapi dengan kembalinya beliau dan membaktikan diri di tanah air dengan total, membuka lapangan kerja juga menelurkan berbagai manfaat langsung di masyarakat itulah yang menjadikan beliau memiliki nilai lebih dari yang lainnya.
Betul, di Indonesia begitu banyak masalah yang akan kita hadapi. Dinamika kehidupan yang begitu bergejolak ditambah dengan berbagai problematika di segala sektor akan benar-benar menguji seluruh pekikan nasionalisme yang kita serukan di PPI dahulu. But ambilah positifnya, jika kita memandang bahwa memang negeri ini terlalu banyak memiliki masalah, artinya semakin banyak juga hal positif yang bisa kita tambahkan untuk membawa kehidupan bangsa ini bergerak kearah yang lebih baik.
Beruntung bagi kawan-kawan yang dapat langsung bekerja di luar negeri ataupun para penimba ilmu pengetahuan Indonesia yang berbakti di negeri luar baik sebagai researcher ataupun akademisi, banyak nilai plus yang bisa mereka ambil serta alangkah besar sumbangsihnya jika dengan kondisinya tersebut ia berkomitmen tinggi untuk bisa mempermudah langkah menarik banyak anak muda bangsa ini untuk pergi dan belajar disana, dan mencetak mereka menjadi pribadi unggul dan berkualitas demi membangun bangsa di masa depan.
Nah, bagi kawan-kawan yang masih bimbang dengan kemana langkah kaki ini akan dilanjutkan, tak ada salahnya untuk pulang dan mulai meloncat dari zona kenyamanan teman-teman. Percayalah, apresiasi bangsa ini terhadap lulusan luar negeri masih tergolong tinggi, walau saya tidak berani menjamin bahwa hidup yang akan dijalani akan selancar jalan tol. Indonesia adalah tanah air kita, tempat dimana kita mengikatkan hati dan jiwa ini, serta sebuah negeri unik yang menunggu untuk di eksplor, diotak-atik dan dimanfaatkan oleh tangan-tangan kreatif, otak-otak cemerlang, pemikiran-pemikiran out of the box dan jiwa-jiwa yang begitu bersemangat dari anak bangsanya sendiri. So, please..jangan takut pulang. Jangan takut untuk kembali bermacet-macet ria, jangan takut untuk menghadapi banyak tantangan, jangan takut untuk menghadapi ribetnya birokrasi negeri ini. Karena itu semua akan menjadikan kita lebih kuat dari bangsa lain, sekaligus dapat menjadi wahana kita untuk menyalurkan semua yang telah kita dapat dari tahun-tahun pendidikan kita di luar negeri. Please..jangan takut pulang, cos your country needs YOU!
Kontributor: Narendra Kurnia Putra
Editor : Tim Pesan Abang PPIUK /arm
[spoiler title=”(klik) Profil: Narendra Kurnia Putra ” open=”0″ style=”1″]
Master, Bioengineering, Imperial College London
Penerima Beasiswa Unggulan DIKTI Calon Dosen 2011
[/spoiler]