/

November 14, 2012

Menjadi Seorang Highlander

Krishna Agithama, Ketua PPI Aberdeen 2011/2012, Aberdeen

Melihat kata “highlander” yang pertama kali terbayang adalah seseorang yang kekal dan berkelana dari waktu ke waktu sambil membawa pedang. Gambaran ini SALAH TOTAL (efek doktrinisasi acara televisi)! Lalu, apakah Highlander itu? Highlander adalah sebutan bagi masyarakat yang tinggal atau datang dari wilayah Highland di Scotland. Saat ini saya adalah salah seseorang yang bisa disebut sebagai Highlander karena saat ini saya tinggal dan belajar di Aberdeen, kota yang terletak di wilayah Highland di Scotland.

Awalnya tidak ada bayangan sama sekali bahwa saya akan “terdampar” di Aberdeen, yang letaknya 2 kali jepretan tali dari Kutub Utara. Sebelumnya saya hanya punya keinginan yang kuat untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri dengan tujuan sebagai investasi di masa depan dan main salju. Berbekal dengan nilai, sangat jarang, diatas rata-rata, bahasa inggris asal ceplak dan muka yang pas-pasan saya mencoba mengejar impian main salju eh sekolah diluar negeri. Akan tetapi, setelah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti tahun 2006, saya mulai memikirkan untuk mencari kerja terlebih dahulu sebelum melanjutkan kuliah, karena sepupu mengatakan lebih baik kerja dulu sambil menabung untuk biaya sekolah. Maka saya mulai menyortir pekerjaan yang sesuai dengan bidang saya, sambil menyortir universitas yang akan saya pilih dan juga sambil menyortir jodoh.

Ternyata kesempatan untuk bekerja datang lebih cepat dari kesempatan untuk sekolah, termasuk jodoh, maka dari itu saya memutuskan untuk bekerja sebagai lawyer walaupun di hati kecil keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri tetap menggebu-gebu. Selama bekerja sebagai lawyer, saya menjadi memiliki keahilan dalam bidang oil and gas, karena itu saya menetapkan untuk mengambil bidang tersebut sebagai jurusan yang akan saya ambil nantinya pada saat saya sekolah lagi. Akhirnya, di tahun 2010, kesempatan itu datang. Walaupun ternyata saya tidak jadi berangkat karena ayah saya meninggal dunia. Tapi tujuan mengejar cita-cita tetap di ada dan di tahun 2011 kesempatan itu datang lagi. Maka celengan ayampun saya pecahkan demi sekolah lagi. Maka persiapan-persiapan pun dilakukan:

1. Pilih universitas yang sesuai dengan keinginan (dan juga kemampuan)

Seperti yang telah saya bilang di atas, saya memiliki ketertarikan di oil and gas maka saya ingin menekuni dan mempelajari bidang oil and gas law. Maka setelah proses sortir-menyortir, terpilihlah tiga universitas, yaitu: University of Houston, University of Leuven (KU Leuven) dan University of Aberdeen. Alhamdulillah saya diterima di ketiga universitas tersebut dan saya memilih University of Aberdeen dengan alasan reputasinya dibidang oil and gas dan isi dari celengan ayam saya. Lalu penuhi semua persyaratan sesuai dengan pesyaratan yang diajukan oleh universitas yang dipilih untuk mendapatkan surat penerimaan. Perlu diketahui bahwa setiap universitas memiliki persyaratan yang berbeda, terutama score IELTS atau score TOEFL. Ada universitas yang memerlukan 2 surat rekomendasi ada juga yang membutuhkan 3 surat dan ada juga yang membutuhkan surat pengantar dari kelurahan disertai foto lurahnya (ngarang!).

2. Pencarian beasiswa

Kemudian mulai mencari beasiswa. Kenapa mencari beasiswa setelah mendapat surat penerimaan? Karena beberapa lembaga yang memberikan beasiswa mewajibkan si pemohon untuk mendapatkan surat penerimaan terlebih dahulu dari universitas.

3. Siapkan mental

Last but not least, siapkan mental untuk tidak minder, tidak merasa malu, tidak merasa kecil dan tidak merasa minoritas. Karena mental seperti itulah yang mungkin bisa menghambat diri kita sendiri untuk berkembang dan menghambat proses belajar di negeri orang lain. Mental seperti itu biasanya terbentuk ketakutan-ketakutan bahwa karena kita tinggal di negeri orang lain untuk waktu yang lama, menemui lingkungan baru, orang-orang yang baru, cara pandang yang berbeda, bahasa yang berbeda dan budaya yang berbeda. Kalau dari pengalaman pribadi, saya cuman bisa bilang “tidak semua orang bule itu pinter jadi kenapa harus takut untuk mencoba bersaing dengan mereka”

Dan sekarang, saya berada di Aberdeen menjadi seorang Highlander sambil menikmati proses belajar, mencari pengalaman, membangun networking, dan bermain salju dengan satu harapan baru yaitu ilmu, Oil and Gas Law, yang saya terima disini dapat membawa kebaikan bagi saya, keluarga saya dan negara saya, Indonesia.

Krishna Agithama

[spoiler title=”(klik) Profil: Krishna Agithama” open=”0″ style=”1″]

Krishna Agithama
Sudah lulus dari University of Aberdeen dan memperoleh gelar Master of Laws in Oil and Gas Law
1. Ketua PPI Aberdeen periode 2011-2012
2. Wakil Kepala Divisi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Trisakti periode 2005-2006

[/spoiler]

From the same category