Pada tanggal 22 Februari 2015 yang lalu, komunitas pelajar ASEAN di universitas Warwick telah sukes menyelenggarakan konferensi pelajar ASEAN pertama di Britania Raya dengan tema ‘Road to ASEAN Economic Community 2015: Integration and Impact’. Acara konferensi bergengsi tersebut dihadiri oleh lebih dari 500 pelajar ASEAN dan non-ASEAN yang berasal dari berbagai penjuru di Britania Raya. Tidak hanya pelajar, konferensi ini juga dihadiri oleh para duta besar negara-negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk duta besar Indonesia untuk Britania Raya Bapak Teuku Mohammad Hamzah Thayeb LBBP dan staf. Acara ini diadakan di lokasi yang cukup strategis, yakni di Birmingham Repertory Theatre yang berlokasi tepat di sebelah Birmingham City Library, sehingga dapat dijangkau dengan mudah oleh para peserta dari berbagai kota di Inggris.

Konferensi ASEAN dibuka dengan kata pembuka dari Muhammad Hazim dari Malaysia sebagai ketua pelaksana Warwick ASEAN Conference 2015. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Dato Ahmad Rasidi Hazizi selaku duta besar Malaysia untuk Britania Raya sekaligus mewakili Malaysia sebagai ASEAN Chair tahun ini. Tak lupa pihak Air Asia sebagai sponsor utama konferensi ini pun memberikan sambutan sekaligus pemaparan visi dan misi Air Asia untuk menyongsong ASEAN Economic Community (AEC). Sayangnya, Tan Sri Tony Fernandes, direktur utama Air Asia, hanya bisa hadir melalui sepotong video singkat yang berisikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh para pelajar ASEAN melalui #AskTony Campaign yang diadakan oleh panitia konferensi sepekan sebelum konferensi digelar.

Konferensi pun berlanjut ke sesi forum diskusi pertama, yaitu forum di bidang politik dan pertahanan yang dibuka dengan pandangan His Excellency Sayakane Sisouvong terhadap kondisi politik di negar-negara ASEAN. Beliau adalah duta besar Laos untuk Britania Raya dan juga wakil sekretaris jendral ASEAN di bagian politik dan pertahanan untuk periode 2009-2014. Kemudian forum diskusi dilanjutkan oleh Profesor Duncan McCargo yang merupakan dosen studi politik di universitas leeds dan juga Nicola Stewart yang merupakan peneliti dari Asia Pacific Research Group, Foreign and Commonwealth Office di Britania Raya. Sesi politik dan pertahanan disambut dengan sangat antusias dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh para pelajar kepada ketiga panelis. Sesi politik pun ditutup dengan kesimpulan yang diberikan oleh para panelis akan pentingnya perbaikan regulasi politik di negara-negara ASEAN demi tercapainya tujuan dari ASEAN Economic Community.

10991559_895464157172465_4783625652599692757_o

Setelah itu, konferensi beralih ke sesi forum diskusi kedua di bidang ekonomi. Seperti sesi pertama, sesi ini juga dibuka dengan pandangan tiga panelis yang ahli di bidang ekonomi; yaitu Dr. Gerard Lyons yang merupakan penasihat ekonomi untuk Mayor of London, Professor Danny Quah yang merupakan seorang professor di bidang ekonomi di London School of Economics dan Korn Chatikavanij yang merupakan politisi asal Thailand sekaligus mantan menteri keuangan Thailand periode 2008-2011. Sesi forum diskusi ekonomi membahas faktor-faktor penunjang kemajuan ekonomi di negara-negara ASEAN yang salah satunya adalah melalui peningkatan produktifitas sumber daya manusia dengan dipermudahnya visa kerja lintas ASEAN. Di sesi ekonomi ini, Dr. Gerard Lyons menyampaikan sebuah poin tentang bagaimana pentingnya bagi negara-negara ASEAN untuk membuka diri dan bekerjasama antar satu sama lain. Menurutnya selama ini negara-negara ASEAN cenderung untuk berkompetisi satu sama lain ketimbang untuk bekerjasama membangun suatu usaha regional. Sesi forum ekonomi pun berlanjut dengan sesi tanya-jawab antara para pelajar dengan panelis dan kemudian ditutup dengan istirahat makan siang.

Setelah istirahat, konferensi berlanjut ke sesi forum diskusi bidang sosio-kultural yang diisi oleh 4 orang panelis. Keempat orang itu ialah Dr. Dessy Irawati FeRSA yang merupakan ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, Dr. Janet Cochrane yang merupakan dosen bidang pariwisata di universitas Leeds Beckett, Dr. Alice M Nah yang merupakan dosen di University of York, dan Sinapan Samydorai  yang menjabar sebagai Convener di Task Force on ASEAN Migrant Workers. Sesi forum sosio-kultural terfokus ke pembahasan mengenai masalah pengembanngan sumber daya manusia melalui pematangan penggunaan teknologi di ASEAN serta pembahasan mengenai upaya-upaya pengurangan angka kemiskinan melalui potensi usaha yang dimiliki ASEAN di bidang pariwisata. Selain itu, Dr. Alice M Nah sedikit membahas mengenai penyetaraan pemberlakuan hak-hak pekerja bagi semua ras di negara-negara ASEAN mana pun.

10644386_895510960501118_7440553852172536985_o

Dr Dessy Irawati, FeRSA

Dengan berakhirnya sesi forum diskusi sosio-kultural, konfernsi berlanjut ke sesi forum diskusi mengenai potensi bisnis di ASEAN yang disampaikan oleh Dr. Mohammed Nazir Obe selaku direktur utama Ghanim International UK Ltd. dan Datuk SK Lingam selaku ketua dari ASEAN UK Business Forum (AUBF). Di sesi ini, kedua pembicara mengaskan bahwa usaha kecil menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak ekonomi ASEAN dan ASEAN lah tempat yang paling cocok untuk UKM berkembang menjadi usaha yang lebih besar di masa mendatang. Di penghujung konferensi, Soksamphoas Im Meas selaku perwakilan dari ASEAN Youth Leaders’ Association (AYLA) menyampaikan pengalam kegiatan sukarelanya dalam membanntu organisasi nonprofit di ASEAN yang bergerak dalam bidang pendidikan.

Serangkaian acara konferensi ASEAN ditutup oleh His Excellency Sayakane Sisouvong. Dalam kata-kata penutupnya beliau menegaskan bahwa Warwick ASEAN Conference adalah sebuah langkah awal yang baik bagi keberlangsungan hubungan kerjasama yang baik antar negara-negara ASEAN di masa mendatang. Beliau mengatakan demikian karena para pelajar yang hadir di konferensi ASEAN merupakan generasi penerus bangsa dan negara di ASEAN. Selain itu, dengan bertemunya pelajar-pelajar ASEAN di satu tempat dan berdiskusi tentang ASEAN, sangat diharapkan terjadinya kerjasama antara organisasi pelajar ASEAN dalam bidang lain, seperti olahraga atau kebudayaan.

Pelajar Indonesia yang hadir dalam Warwick ASEAN Conference 2015