Andyka Kusuma, Ketua PPI Leeds 2011/2012, Leeds

Suatu sore di sudut kantin Fakultas Teknik Universitas Indonesia, hampir setiap sore aku dan teman-teman kuliah duduk sembari bercengkrama untuk melepas lelah selesai aktifitas kuliah. Macam-macam yang kami bicarakan mulai dari kehidupan kampus dan pertemanan. Namun di sore itu obrolan kami jauh melambung dari apa yang biasa kami bicarakan…what’s the next? Kerja, berkeluarga.. Yah..topik ini isu hangat di antara kami, karena kurang dari enam bulan kami akan menyelesaikan studi S1 kami.

Berbagai coletehan teman saling sahut menyahut rencana, tibalah giliranku.. sekolah S2 dan S3 di United Kingdom. Ehm..tercenganglah semuanya, terceletuk.. yakin elo, UK itu negara dingin dan segala sesuatunya mahal. Dengan mudah aku jawab, yah kita cari beasiswa lah.. mungkin ada yang mau bantu. Obrolan sore itu berlanjut hingga waktu maghrib pun tiba, dan kami pun membubarkan diri. Sepanjang jalan dari Depok ke Rawamangun, timbul sebuah pertanyaan.. apa mungkin ada yang mau memberi beasiswa kepadaku. Lah..aku ini juga bukan termasuk mahasiswa elite dengan IPK cummlaude. Tapi tak apa, aku harus optimitis kalau ada kemauan, pasti ada jalan. Mulailah saat itu aku mencari informasi dari internet, pameran pendidikan d.s.b.

Waktu wisuda pun tiba, aku masih belum menemukan jalan untuk melanjutkan studi S2 ku. Disaat bersamaan aku sudah diterima untuk bekerja di sebuah kontraktor rumah di Jakarta. Tiga bulan ku habiskan waktu disana, sebelum pindah ke kontraktor lain yang lebih besar. Lagi-lagi aku hanya bertahan tiga bulan, aku merasa ini bukan duniaku.

Terbesit di kepala.. Cobalah silaturahmi ke pembimbing skripsiku di kampus. Iya, akhir maret 2006 ku laksanakan ide tersebut. Diruang kerja dosen pembimbing itu aku menceritakan niatku untuk sekolah S2 dan S3 Transportasi di Luar negeri. Alhamdulillah, dosenku menyambut positif keinginanku.. oke, elo mau nggak kerja bantu gua sama temen gua di Lab. Transportasi dulu, sembari kita cari peluang buat elo sekolah. (elo, gua bahasa yang sering digunakan antara dosen dengan mahasiswa di FTUI).

Mulailah aku bekerja di Lab. Transportasi bulan berikutnya.. bantu dosen bikin kuliah, jadi asisten dosen tugas besar, transport surveying.. Yes, this is my world!!! Tak terasa aku sudah enam bulan di dunia akademisi, dan saat yang dinanti pun datang. Dosenku menawari sekolah S2 ke University of Leeds (UK) dan Kungliga Tekniska Hogskolan, Stockholm (Swedia). Aku daftar di dua tempat tersebut dan sekolah bahasa Inggris untuk IELTS ku. Mei 2007, keluarlah pengumuman..aku diterima di dua universitas itu. Namun aku putuskan untuk berangkat ke KTH karena mereka menawarkan beasiswa.

September 2007, terbanglah aku ke Stockholm. Terbersit di kepalaku sebuah pertanyaan besar di kepalaku yang muncul setelah pesawat lepas landas dari Soekarno-Hatta International Airport…Andyka, in the next 18 hours.. you will be in the other part of the world. Apa kamu siap, negara dingin dengan bahasa yang belum kamu dengar sebelumnya.. Ya semua pertanyaan itu muncul dibenakku, maklum saja ini pertama kali aku pergi jauh dari Indonesia.

Benar saja, angin berhembus kencang menampar tubuhku di pagi buta di Stockholm. Aku langsung meluncur ke kampus untuk mengurus akomodasi dan segala sesuatu untuk memulai studi S2 ku. Dua tahun aku habiskan di Stockholm, Kota cantik dan bersih yang dikelilingi oleh laut baltik. Terlalu banyak kenangan indah di kota ini, tiga hari tiga malam aku menuliskannya pun tak akan selesai.

Di akhir studiku, aku punya kesempatan untuk berkunjung ke UK, tepatnya New Castle. Sebagai penggemar setia Manchester United, Aku niatkan untuk mengunjungi The Theatre of Dream. Bus yang aku tumpangi itu berhenti sejenak di Kota Leeds.. aha, ini toh kota yang sering ku dengar namanya. Di mana banyak pakar transportasi Indonesia yang menuntut ilmunya di kota ini. Mulailah di kepalaku kembali berangan angan, suatu saat aku akan kembali ke kota ini untuk menetap.

Sepulang dari Stockholm di Juli 2009, aku mengabdikan ilmuku di Departemen Teknik Sipil FTUI. Sebagai dosen yunior aku terlibat di berbagai pengajaran (terutama yang terkait dengan Transportasi), membimbing mahasiswa S1 dan meraih riset dari Universitas Indonesia. Hingga akhir 2010, Ditjen Dikti membuka kesempatan beasiswa S3 kepada dosen di seluruh Indonesia. Ku beranikan diriku untuk melamar dengan modal surat Letter of Acceptance dari University of Leeds dan restu dari universitas. Setelah melalui proses seleksi dan Administrasi, Alhamdulillah keinginan itu akhir tercapai, I am in Leeds now!!! Another part of my life is beginning.

“I am in Leeds now!!!”

Berawal 11 Oktober 2011, saya menginjakan kaki di leeds dan satu babak kehidupan segera dimulai. Cuaca di UK yang sangat terkenal dengan ketidakpastiannya langsung menyambut diri saya di Manchester International Airport..yah, kembali ke negara dingin kembali..begitulah yang ada dibenakku. Namun hal ini sudah saya prediksi sehingga pakaian dan baju yang saya bawa Insya Allah mampu menghangatkan tubuh. Setelah selesai dengan urusan Imigrasi dan Barang bawaan, maka meluncurlah saya dengan kereta ke kota Leeds. Kota Leeds bisa juga diakses dengan bus, national express dari bandara MIA. Kalau bisa tiket perjalanan kereta atau bus dipesan jauh hari via internet, karena sangat mahal jikalau beli di lokasi seperti yang saya alami (22 pound.. mahal kan??)

Pada umumnya, imigrasi UK di Manchester airport tidaklah terlalu rewel..maklum saja, lidah orang awak. Belum kena rendang sebulan, bisa menganggu konsentrasi. Asal jangan bawa duren monthong yah.. pasti diminta deh;-).Sedangkan untuk tempat tinggal, dalam beberapa tahun ini memang sulit mendapatkan tempat tinggal yang representative (dekat kampus dan harga murah). Kalau dari pengamatan saya di kota Leeds untuk tempat tinggal itu sekitaran 400-500 pound termasuk bill (listrik, gas dan air, untuk internet terkadang ada pemilik yang sudah menyediakannya). Alhamdulillah saya mendapatkan informasi akomodasi dari rekan-rekan mahasiswa Indonesia disini jauh sebelum saya sampai. Saya tinggal bersama mahasiswa Indonesia yang satu jurusan (Institute for Transport Studies) sehingga memudahkan saya beradaptasi dengan kehidupan di Leeds. Dengan tinggal bersama orang Indonesia, tentu kita bisa berbagi biaya makan dan masak (tergantung selera masing-masing juga). Ini salah satu cara yang dapat menghemat biaya makan kita.

Untuk belanja kebutuhan sehari-hari, umumnya pelajar Indonesia mencarinya di supermarket Morrison, Home Bargain, Wilkinson atau toko 1 pound (seperti poundland atau poundworld). Sebagai umat muslim, saya juga tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah dan syariat. Makanan Halal banyak pilihannya ada beberapa toko di Leeds seperti Mahmood, Abubakar dan Continental yang menyediakannya. Masjid juga banyak, bahkan di Bandara saja sudah mulai ada.

Suasana di kampus, setiap mahasiswa dituntut mandiri. Kita diberikan fasilitas dan resource yang memadai untuk menunjang penelitian kita. Setiap mahasiswa PhD di University of Leeds diberikan ruangan beserta meja dan computer masing-masing. Jadi kami hampir seperti orang kantoran pada umumnya. Kita memang tidak diwajibkan hadir sih.. yang penting ketika supervisor meeting, kita harus ada progress.. (sedikit tips; PhD itu pekerjaan yang hampir setiap hari, siang-malam menjadi pikiran. Adakalanya kita progress banyak namun adakalanya juga kita tidak progress baik…nah kalau lagi progress banyak, jangan semuanya dikasih ke supervisor.. sehingga material sisanya bisa diberikan ketika kita lagi “stuck”).

Saya sendiri lebih senang kerja di kantor, karena kalau di rumah hampir dipastikan saya akan lebih sering tertidur.. strategi ini juga termasuk penghematan listrik dan gas (maklum di tempat saya tinggal, biaya gas dan listrik terpisah). Selain itu juga kita bisa lebih banyak kesempatan untuk berbicara bahasa Inggris. Ada joke di sini, bisa-bisa kita makin mahir berbahasa daerah di Leeds daripada bahasa inggris.. saking banyak orang Indonesia di UK.

Setelah sembilan bulan, mahasiswa PhD sudah harus menyiapkan report untuk transfer menjadi full PhD. Kita diberi waktu hingga bulan ke-12.. nah ini PhD yang bisa dag dig dung.. ngeri-ngeri sedap lah kalau kata orang medan. Gimana nggak ketar-ketir, kalau saja kita gagal maka hanya gelar “MPhil” yang kita dapet. Celaka dua belas kan.. jadi saat-saat bulan ke 9 dan 12 merupakan bulan yang kritis. Alhamdulillah saya sudah melewati proses ini dengan baik dan memulai tahun ke dua dari program PhD. Doakan saya yah.. selesai tepat waktu ;-)

Begitulah secuplik kisah hidup yang membawa diriku sampai ke Leeds, United Kingdom. Penulis hanya bisa berpesan, gantungkanlah mimpi-mimpi mu setinggi-tingginya, teruslah berusaha dan berdoa untuk mewujudkan mimpi-mimpi indahmu itu. Semua itu akan indah pada waktunya. Tentunya selain sebagai mahasiswa, kita juga harus menjaga identitas ke-Indonesia-an kita, dan mempromosikan kebudayaan bangsa kita yang beragam.

Andyka Kusuma

[spoiler title=”(klik) Profil: Andyka Kusuma” open=”0″ style=”1″]

Andyka Kusuma (Andyka.k@ui.ac.id, andyka_k@yahoo.com)
Mahasiswa PhD Institute for Transport Studies The University of Leeds (2011)
1. Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Leeds 2011/2012
2. Beasiswa Dikti

[/spoiler]